Sejarah Bakmi dan Jenis-Jenisnya yang Mungkin Anda Baru Tahu

Bakmi

Serba-Serbi Bakmi

Anda mungkin pernah makan bakmi? Pasti sudah merasakan semua-kan? Sebab bakmi adalah makanan yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Untuk mendapatkan bakmi sehat dan yang bergizi tinggi kita bisa membuatnya sendiri. Bahan baku untuk membuat bakmi pun mudah di dapatkan, yaitu tepung terigu, telur, dan air. Agar lebih sehat bisa ditambahkan sayuran di dalam adonannya bakmi, misalnya sari wortel, sari sawi dan sebagainya. Cara pengolahan dan penyajiannya-pun bisa beraneka ragam. Bakmi misalnya untuk campuran di bakso, soto, bakmi ayam, bakmi goreng, bakmi rebus dan lain sebagainya.

Orang Eropa menyebutnya dengan sebutan pasta, sementara orang Asia menyebutnya dengan bakmi. Selain sebagai sumber karbohidrat dan makanan pengganti nasi. Bakmi juga mempunyai arti tersendiri bagi masyarakat China. Bagi mereka setiap makanan memiliki simbol-simbol tertentu. Khususnya untuk bakmi, sehingga setiap ada hari istimewa bakmi tidak pernah ketinggalan. Karena bentuknya yang panjang dan tidak putus-putus melambangkan umur yang panjang dalam keyakinan mereka.

Bakmi Pelangi

Olahan berbahan dasar bakmi saat ini banyak kita temukan. Bakmi yang menggunakan bahan baku tepung terigu, garam, air dan telor gandum, supaya lebih menarik maka dibuatlah bakmi warna-warni, dengan penambahan sari buah atau sari sayur. Bakmi yang satu ini sesuai namanya, berwarna-warni seperti pelangi, tetapi pewarnanya bukan berasal dari pewarna buatan yang suka di jual di pasar-pasar. Melainkan dari zat pewarna ala bakmi (sayuran dan buah). Selain itu juga tidak menambahkan bahan pengawet atau penyedap rasa. Untuk Bakmi Merah biasanya menggunakan sari bit, untuk warna kuning menggunakan sari wortel, sementara bakmi hijau menggunakan sari sawi hijau.

Bakmi Hitam

Sebelum bakmi hitam diperkenalkan di Indonesia, bakmi hitam ini sudah ada di Italia sejak lama. Dan dikenal dengan Squid ink, pasta ini biasanya dikenal dengan sebutan Spaghetti al nero. Di Italia, warna hitamnya berasal dari tinta cumi, sedangkan kalau di Asia, warna hitamnya berasal dari beras hitam atau akar pakis. Jangan terkecoh dengan warnanya yang gelap. Bakmi hitam uni rasanya gurih.

Sejarah Bakmi

Negara China. Arab dan Italia mengklaim bahwa merekalah yang menciptakan bakmi pertama kali. Namun menurut cacatan pertama bakmi muncul adalah pada Dinasti Han Timur (antara tahun 25 dan 228 SM) di China. Pada Dinasti Song (960-1279) banyak toko yang menjual bakmi dan menjadi popular pada masa itu. Dari China bakmi pun akhirnya berkembang dan menyebar luas ke beberapa Negara seperti Jepang, Korea dan negara-negara di Asia Tenggara.

Jenis-jenis Bakmi

Di beberapa tempat bahan baku untuk membuat bakmi berbeda-beda. Di Eropa bahan baku untuk membuat bakmi biasanya dari Jenis gandum. Sementara di Asia bahan baku bervariasi, sehingga bentuk dan rasanya-pun berbeda-beda. Nah, berikut Ini adalah jenis-jenis bakmi dari beberapa Negara di Asia:
  1. Idiyappam: Bakmi khas dari India yang terbuat dari tepung beras, garam dan air.
  2. Kesme atau kespe: Bakmi tradisional khas Asia Tengah yang dibuat oleh masyarakat Kazakstan. Terbuat dari tepung, garam,air dan telor.
  3. Guksu atau Myeon: Jenis bakmi yang menjadi makanan pokok masyarakat Korea. Terbuat dari tepung gandum, tepung beras, pati kentang, garam dan air.
  4. Mee pok: adalah salah satu jenis bakmi asal China, berbahan baku tepung dan berwarna kuning popular di Asia Tenggara.
  5. Soba: salah satu jenis bakmi dari Jepang yang terbuat dari tepung buckwheat atau sejenis gandum.

Nah itulah sejarah Bakmi dan jenis-jenisnya yang mungkin Anda baru tahu. Semoga bermanfaat!
(Sri/Ensk/Berbagai Sumber)

Cerita Tersembunyi di Pantai Seseh Bali yang Mungkin Anda Baru Tahu

Pantai Seseh Bali

Pantai Seseh Bali


Bali - Pantai Seseh berada di antara dua pantai yang sudah kondang. Di sebelah timur, Pantai Ganggu, dan di sebelah barat, Tanah Lot. Jaraknya sekitar 16 kilometer ke arah barat dari Denpasar.

Pantai ini bagi umat Hindu di Bali, terutama yang berada di Kecamatan Mengwi, punya arti tersendiri. Upacara yang ada kaitannya dengan agama Hindu, seperti nganyut, mukur dan sebagainya sering dilakukan di sini. Juga pada hari raya lainnya misalnya Galungan, Kuningan, Ngembak Geni, Siwaratri dan sebagainya sangat banyak pengunjung. Dan untuk melengkapi daerah wisata ini maka oleh Pemda Kabupaten Badung sudah dilengkapi dengan WC umum dan jalannya diaspal sampai di bibir pantai.

Pantai yang berpasir dan berwarna kelabu ini, tidak begitu luas. Namun di sini terdapat 5 buah pura yakni Pura Ulun Suwi, Pura Mas Pura Dalem dan Pura Batu Bolong. Agak sebelah barat terdapat juga Pura Batu Nunggul.

Makam Keramat

Lain dari itu di sini ada satu tempat menarik untuk dilihat, namanya Makam Keramat. Tapi orang-orang umumnya hanya menyebutkan Keramat saja. Keramat ini terletak di satu areal yang dikitari oleh tembok. Sedangkan Keramat itu berada di dalam sebuah bangunan permanen menghadap ke laut. Pintu tembok dan makam selalu terkunci. Hanya dibuka pada hari-hari tertentu saja.

Lalu siapa yang dimakamkan di sini? Yang dimakamkan di tempat itu adalah Sunan Mangkurat Pangeran Pati, putera Raja Mengwi V, I Gusti Agung Made Munggu. Ibunya seorang putri dari Keraton Blambangan, Jawa Timur. Raja tidak berani memboyong isterinya itu ke Istana Mengwi, sebab takut pada permaisurinya, I Gusti Ayu Oka, di mana raja berada di bawah pengaruhnya.

Kerajaan Blambangan sudah menjadi wilayah Kerajaan Mengwi I, Ida Cokorda Sakti Blambangan bertakhta sekitar tahun 1672. Dan kerajaan ini merupakan bawaan permaisurinya puteri I Gusti Panji Sakti, Raja Buleleng.

Pangeran Pati tidak mengenal ayahnya. Ia hanya dapat cerita dari Ibunya, bahwa ayahnya adalah raja agung dari Kerajaan Mengwi. Setelah dewasa Pangeran Pati sangat ingin bertemu dengan ayahnya. Namun Ibunya selalu menasihati, agar jangan ke Istana Mengwi. Namun nasihat itu tidak diindahkan oleh Pangeran Pati yang sudah bertekad untuk bertemu dengan ayahnya.

Diiringi oleh 40 orang abdi dipimpin oleh Kepala Adat Keraton Blambangan, Pangeran Pati lalu berangkat ke Mengwi. Setelah sampai di Puri Mengwi, ia diterima oleh ibu tirinya I Gusti Ayu Oka. Setelah mendengar penjelasan dari pemuda itu, I Gusti Ayu Oka menjadi benci. Ia tidak percaya bahwa pemuda yang bersama rombongan itu adalah puteranya juga, cuma lain Ibu. Pangeran Pati baru tahu kalau ayahnya Raja Mengwi sudah wafat karena dibunuh. I Gusti Ayu Oka lantas memfitnah, dan bercerita kepada Mahapatih nya di Sibang, bahwa Sunan Mangkurat Pangeran Pati, bukan putera suaminya melainkan mata-mata dari Blambangan yang akan menggempur Kerajaan Mengwi. Ia juga memerintahkan I Gusti Agung Made Kamasan dari Kamasan Sibang, untuk menumpas habis mata-mata dari Blambangan itu.

Karena mendapat perintah maka Mahapatih Kerajaan Mengwi itu lantas bertindak. Pangeran Pati lalu ditangkap, diseret ke Desa Denkayu kemudian dibunuh. Tapi gagal, lalu digiring ke hutan Pala Sangeh, tapi di sini juga gagal lagi.

Pangeran Pati akhirnya dibawa ke Pantai Seseh. Rencananya untuk ditenggelamkan di laut, namun rencana ini dibatalkan. Lalu dilakukan dengan menikam jantungnya dengan keris tapi juga tidak mempan. Pangeran pati ternyata kebal terhadap keris pusaka Kamasan Sibang, maupun keris pusaka Kerajaan Mengwi.

Selama diseret, dianiaya Pangeran Pati tidak melakukan perlawanan, meski Ia bisa melakukannya. Ia punya prinsip dan rela mati demi kebenaran. Untuk itu Pangeran Pati memberikan lekesan (gulungan sirih) kepada Mahapatih Kerajaan Mengwi, untuk  dilemparkan ke dirinya, sambil berkata "Aku ke Mengwi mencari hanya ingin ketemu ayahku, kenapa aku dibunuh dan aku bukan mata-mata. Aku mau mati dan inilah cara yang dapat dipakai untuk membunuhku. Tapi aku memastu (mengutuk), selama 7 turunan Kerajaan Mengwi dan Kerajaan Sibang akan kehilangan wibawa, pengaruh dan luntur dalam kekuasaan".

Aneh setelah dilempar dengan lekesan oleh I Gusti Agung Made Kamasan Sibang, Pangeran Pati wafat seketika. Para abdinya juga ditumpas habis.

Jenazah Pangeran Pati lantas dimakamkan di Pantai Seseh dan makam inilah yang disebut Makam Keramat. Jenazah para abdinya dikuburkan di sebelah timurnya.

Untuk menghormati rohnya, maka didirikan sebuah Pura yang bernama Pura Mas. Dan Pemastu Pangeran Pati terbukti kemudian pada tahun 1860, Kerajaan Mengwi diserang dan ditaklukkan oleh Kerajaan Badung. (Jati/MII)

Inilah Miliyarder Pertama dalam Dunia Sejarah yang Mungkin Anda Baru Tahu

Miliyarder Pertama dalam Dunia Sejarah


Siapa yang tahu John Davison Rockefeller? Ia adalah raja minyak dari Amerika Serikat. Perusahaannya terkenal di seluruh dunia, namanya Standard Oil. John Davison Rockefeller dilahirkan di Moravia, di negara bagian New York pada tahun 1839. Ayahnya bernama William Avery Rockefeller dan ibunya bernama Eliza Rockefeller. Sang ibu yang sangat saleh dan tegas menanamkan moral Calvinis yang dianutnya kepada John. Calvanis merupakan suatu ajaran di dalam agama kristen.

Jhon pada masa itu dengan kesuksesannya menjadi pengusaha minyak, Ia disebut-sebut sebagai miliyarder pertama dalam sejarah dunia serta menjadi orang terkaya dalam sejarah di Amerika.

Jhon adalah anak kedua dari enam bersaudara, dari keluarga pasangan William Avery Rockefeller (ayah) dan Eliza Rockefeller (ibu). Jhon tumbuh di lingkungan keluarga pecinta musik, dan itu dianggap sebagai awal dari karirnya.

Tahun 1853, keluarga Rockefeller berpindah ke Cleveland, Ohio. Bagi John perpindahan ini membuka jiwa dan pikirannya. Ia jadi menaruh perhatian soal keuangan. Ketika kecil John mendapatkan uang saku bukan dari orangtuanya, melainkan dari berjualan batuan berwarna kepada teman-temannya. Bahkan John sudah gemar menabung sejak kecil. Waktu itu uang tabungannya mencapai 50 dolar AS.

Pada tanggal 26 September 1855, John mendapatkan pekerjaan pertamanya di Hewitt dan Turttle, bergerak dibidang perantara jual beli gandum dan sayur mayur. Tapi tak lama kemudian dia keluar. John kemudian mendirikan perusahaan sendiri bersama temannya Maurice Clark.

Pada masa itu minyak mentah berkembang menjadi suatu kebutuhan pokok yang sempurna menggantikan minyak ikan paus. Karena ikan paus yang dianggap semakin langka dan mahal harganya. Dari sinilah Jhon mulai ada gambaran untuk mencoba terjun di dunia perminyakan. 

Tahun 1859 Edwin Drake menemukan sumber minyak di Titusville, Phennsylvania. Sampai saat ini minyak hanya dipandang sebagai suatu sumber obat dan sebagai bahan bakar lampu. Tapi John tidak tertarik pada bisnis pengeboran minyak, Dia lebih tertarik pada bisnis pengangkutan dan pengilangannya. Tapi inilah awal karir John di bisnis minyak.

John yang menikah dengan Laura Spelman pada September 1864 adalah seorang pekerja keras, disiplin dan taat beribadah. Dia juga rajin menyisihkan sebagian penghasilannya untuk disumbangkan ke gereja.

John Davison Rockefeller membangun Standard Oil pada tanggal 10 Januari 1870 dengan modal 1 juta dolar AS. Dia mempunyai 15 pesaing di New York, 12 di Philadelphia 22 di Pittssburg, dan 27 di beberapa tempat di seluruh negeri. Akhirnya di Amerika hanya ada satu Standard Oil.

Tahun 1880, sepuluh tahun setelah didirikan Standard Oil menguasai 95 persen pengilangan minyak. Dan pada tahun 1913 kekayaan John mencapai 1 miliar dolar AS.

John Rockefeller secara tulus percaya bahwa Tuhan telah memberi dia uang dan bahwa inilah satu-satunya rahasia suksesnya yang luar biasa. Di masa tuanya John juga mempunyai kesukaan memberi. Tahun 1901 dia mendirikan Rockefeller Institute for Medical Research. Tahun 1903 diciptakan General Education Board (untuk mengawasi pendidikan bagi orang berkulit hitam). Sesudah itu muncul Sanitation Commission lalu Rockefeller Fondation, yaitu organisasi pencinta sesama yang sampai sekarang merupakan yang terbesar di dunia.

Meskipun John memiliki naluri yang kuat untuk mengembangkan bisnis minyaknya, tapi tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan itu dia tega menghalalkan segala cara. John Davison Rockefeller meninggal pada tahun 1937. (tn/dari berbagai sumber)

Itulah John Davison Rockefeller sosok tokoh terkenal sekaligus tokoh terkaya dalam sejarah dunia pada masanya. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan serta memotivasi kita dalam dunia bisnis. 

Inilah Sejarah Maestro Pembuat Tas Terkenal Merk "LV"

Louis Vuitton (1821-1892) Maestro Pembuat Tas

Louis Vuitton (1821-1892) Maestro Pembuat Tas

Dari anak sekolah TK sampai orang tua, pada umumnya tidak lepas selalu membawa tas saat bepergian, gunanya untuk menyimpan barang-barang yang dibawanya. Pada umumnya ibu-ibu selalu membawa tas. Bentuknya macam-macam tergantung dari kebutuhan. Misalnya untuk anak sekolah umumnya tas gendong, untuk karyawan ada tas kerja, untuk ibu-ibu lain lagi modelnya ada tas kosmetik, tas untuk assesoris dan lain sebagainya. Sehingga tak terhitung banyaknya pabrik pembuat tas dengan aneka merk, dengan model yang berlainan, dan saling berlomba dalam bentuk, model serta kualitasnya.

Nah, salah satu diantara sekian banyak merk tas adalah tas merk "Louis Vuitton" atau biasa disebut LV. Tas ini juga terdiri dari berbagai bentuk dan sudah terkenal ke seluruh dunia. Tahukah kalian siapa perancang dibalik merk ini? Ia adalah seorang pria yang lahir di Jura, Prancis pada tanggal 4 Agustus 1821, bernama Louis Vuitton. Logo Louis Vuitton ini sangat terkenal di seluruh dunia. Monogram atau motif kumpulan logo ini sangat digemari oleh para wanita pencinta tas Louis Vuitton. Pernahkah kalian melihat motif seperti ini sebelumnya?

Perjalanan Louis Vuitton

Sejak kecil Louis sudah menghadapi cobaan hidup yang keras, dan ketika Ia berumur 14 tahun, Ia pergi ke Paris untuk mencoba memperbaiki nasib. Perjalanan sekitar 400 Kilometer ia tempuh dengan berjalan kaki. Sesampainya di Paris ia bukan senang-senang, tetapi ia langsung melamar kerja sebagai asisten dari seorang maletier atau pembuat tas dan koper. Berkat kerja yang rajin dan bagus maka Louis menjadi kepercayaan di tempat kerjanya.

Karena keahliannya serta ketekunannya maka Louis diangkat oleh Napoleon III untuk menjadi maletier khusus untuk istri Napoleon. Karena mendapatkan kesempatan kerja di lingkungan bangsawan, maka Louis menjadi makin semangat bekerja. Selain itu ia juga mencari tahu tentang bahan tas atau koper yang kokoh dan yang menjadikan tas bisa tahan lama. Dengan segala kemampuan dan keyakinannya maka Louis memberanikan diri untuk merancang dan membuat tas atau koper dengan inisial namanya sendiri  yaitu "LV". Ternyata hasilnya sangat digemari dan laku keras.

Pada tahun 1854, Louis mendirikan perusahaan tas di Jalan Neuve Des Capuoines-Paris dengan menggunakan label Louis Vuitton/LV pada tas rancangannya itu. Sehingga empat tahun kemudian Louis memperkenalkan model tas serta koper dengan inovasi terbaru yaitu bagian bawah dibuat rata dan terbuat dari kanvas, sehingga tas terasa ringan, kedap udara dan bisa lebih awet. Tidak heran kalau banyak pembuat tas yang meniru bentuk dan gaya rancangan tas Louis ini.

Untuk melindungi karyanya, maka pada tahun 1876, Louis mengganti motif, serta warna tas dengan warna coklat dan selalu ada inisial "LV". Kemudian pada tahun 1888 Louis mendaftarkan hak patent dari karyanya ini.

Tetapi walaupun sudah ada hak patent, ternyata masih banyak yang menginginkan untuk memalsukan tas tersebut. Namun Louis tidak berkecil hati, ia tetap membuat rancangan dengan macam bentuk, dan ia mengajarkan ilmunya kepada putranya untuk meneruskan perusahaan ini.

Ternyata walaupun banyak saingan namun tas dengan inisial "LV" ini tetap menjadi idaman masyarakat luas dan perusahaan tas ini juga maju dengan pesatnya. Lous Vuitton perancang dan pembuat tas terkenal di Perancis dan dunia ini meninggal pada tanggal 27 Februari 1892. Perusahaan tas-nya terus berkembang dan ditangani oleh seorang putranya Georges. (Djati/berbagai sumber)

Inilah 10 Lukisan Paling Terkenal di Dunia yang Mungkin Anda Baru Tahu

10 Lukisan Paling Terkenal di Dunia

Melukis adalah proses di mana cat, pigmen, atau warna digoreskan pada media pendukung untuk menghasilkan sebuah gambar menarik yang kita sebut lukisan. Media pendukungnya bisa berupa kanvas, dinding, kertas, kaca, tanah liat, bahkan logam.

Bentuk lukisan juga bermacam-macam. Kalau kalian pernah melihat lukisan pemandangan sebuah pantai yang serupa dengan aslinya itu namanya aliran naturalis. Pernah melihat lukisan yang tampak seperti coretan warna yang tak berbentuk dan susah dimengerti? Itu namanya lukisan abstrak yang menggabungkan warna, bentuk, dan garis menjadi sebuah komposisi bebas.

Atau kalian pernah melihat sebuah lukisan wajah seseorang? Nah kalau yang itu namanya lukisan potret. Lukisan sendiri merupakan bentuk ekspresi dari sang pelukis yang keluar dari dalam dirinya. Itu sebabnya lukisan seseorang juga bisa membuat kita yang melihat seperti ikut merasakan emosi yang dialami sang pelukisnya.

Siapa saja pelukis besar yang sangat terkenal di dunia sampai sekarang? Kali ini SumberBacaanku.Com akan membahas 10 lukisan yang paling terkenal di dunia. Beberapa diantaranya dilukis oleh para pelukis hebat yang sangat terkenal.

10 Lukisan Terkenal Dunia

1. From The Lake (Georgia O'Keeffe)

Lukisan ini dibuat oleh O'Keeffe kira-kira pada awal tahun 1900-an di New York, Amerika Serikat. From The Lake merupakan gambaran dari Danau George, New York yang menjadi tempat tinggalnya dan merupakan inspirasi dari kebanyakan hasil karya O'Keeffe. Karya ini melukiskan ketenangan ombak dan riak air dari Danau George. O'Keeffe merupakan seorang pelukis besar dalam dunia seni Amerika Serikat pada tahun 1920-an. Ia terkenal dengan karya-karyanya yang berupa bunga, batu, dan tulang hewan yang dibuatnya secara abstrak.

2. The Persistence of Memory (Salvador Dali)

Lukisan ini merupakan karya Salvador Dali yang paling terkenal di dunia. Lukisan yang selesai dikerjakan pada tahun 1931 ini tersimpan di dalam Museum of Modern Art, New York, Amerika Serikat dari tahun 1934. Salvador Dali terkenal dengan karya-karya lukisannya yang beraliran surealisme, atau yang disebut juga "kenyataan yang sesungguhnya." Biasanya lukisan-lukisan surealisme terkesan kacau dan membingungkan, katanya ini disebabkan oleh kebebasan berpikir dan ekspresi yang dimiliki oleh sang pelukisnya. Contohnya lukisan Dali yang menggambarkan jam saku yang meleleh. Banyak yang berpikir bahwa lukisan ini merupakan cara Dali untuk menggambarkan penyimpangan waktu yang terjadi saat lukisan ini dibuat.

3. The Dream (Pablo Picasso)

Lukisan cat minyak yang juga dikenal dengan nama Le Réve ini adalah karya maestro lukis terkenal, Pablo Picasso pada tahun 1932. Picasso, yang saat itu berusia 50 tahun, melukis kekasihnya yang bernama Marie-Therese Walter. Menurut cerita lukisan ini dibuat pada suatu sore pada tanggal 24 Januari 2010. The Dream terjual seharga $7000 pada tahun 1971 kepada Victor dan Sally Ganz yang berasal dari New York, Amerika Serikat. Setelah mereka berdua tiada, lukisan ini terjual melalui Balai Lelang Christie pada tahun 1997 kepada Wolfgang Flottl, seorang pengusaha keturunan Austria sebesar $48.4 juta. The Dream terpaksa dijual oleh Flottl kepada seorang pemilik kasino, Steve Wynn seharga $60 juta, karena kesulitan keuangan.

4. Corner of the Garden at Montgeron (Claude Monet)

Lukisan ini merupakan karya besar dari seorang Monet yang dibuat pada tahun 1877. Lukisan ini dibuat di taman Montgeron, di mana Monet berhasil mengabadikan perubahan warna dan cahaya dari alam. Monet terkenal sebagai seorang pelukis dengan aliran impresionisme, ia juga terkenal konsisten akan lukisannya yang selalu bertema tentang alam. Satu hal yang membedakannya dengan pelukis-pelukis impresionisme lainnya adalah Monet membuat karyanya dalam Sebuah seri dengan tema tertentu.

5. Girl with a Pearl Earring (Jan Vermeer)

Lukisan yang dalam judul aslinya disebut "Het Meisje met de Parel" ini juga dikenal sebagai Monalisa dari Belanda. Tidak pernah diketahui kapan dan di mana lukisan ini dibuat oleh Jan Vermeer. Saat ini lukisan yang mengundang banyak pertanyaan dari berbagai kalangan ini berada di Mauritshuis, Hague, Belanda.

6. Cafe Terrace at Night (Vincent van Gogh)

Lukisan yang juga dikenal dengan nama "The Cafe Terrace on the Place du Forum" ini dilukis oleh maestro lukis berkebangsaan Belanda, Vincent van Gogh. Lukisan ini mengambil objek di Arles, Perancis pada pertengahan September 1888. Saat dipamerkan pertama kali pada tahun 1892, lukisan ini diberi judul Coffeehouse, in the evening (Cafe, le soir). Lukisan ini menjadi kali pertama van Gogh membuat karya dengan latar belakang langit malam yang berbintang. Lukisan terkenal ini sekarang dapat dilihat di Kroller-Muller Museum di Otterlo, Belanda.

7. Luncheon of The Boating Party (Pierre Auguste Renoir)

Lukisan ini bercerita tentang sekelompok teman-teman dari sang pelukis yang sedang bersantai di balkon restoran Maison Fournaise di tepi Sungai Seine, Perancis. Dalam lukisan ini digambarkan calon istri dari Renoir sedang duduk dan bermain dengan anjing kecil. Renoir berhasil menangkap suasana gembira para kaum kelas menengah Perancis pada abad ke-19 dalam lukisan ini. Saat ini, lukisan yang juga dikenal dengan nama "Le dejeuner des canotiers" ini bisa dikunjungi di The Phillips Collection, Washington DC, Amerika Serikat.

8. The Kiss (Gustav Klimt)

The Kiss atau Der Kuss merupakan karya Klimt yang paling terkenal. Mulai dikerjakan pada tahun 1907, saat Klimt berusia 45 tahun. Lukisan ini menggambarkan sepasang laki-laki dan perempuan dalam latar belakang emas sedang berbagi ciuman tanda kasih sayang. Lukisan ini bisa dilihat di Museum  Osterreichische Galerie Belvedere, Wina, Austria.

9. Starry Night (Vincent van Gogh)

Lukisan yang dibuat pada tahun 1888 ini merupakan salah satu dari banyak lukisan van Gogh tentang Arles, Perancis. Starry Night mengambil objek di pinggiran sungai dekat dengan rumah sewaan van Gogh saat itu. Lukisan ini merupakan karya klasik yang mengandung emosi mulai dari ketentraman yang terdapat di gereja hingga warna-warna liar yang digunakan untuk menggambarkan langit malam. Salah satu karya van Gogh yang indah ini bisa dilihat di Musée d'Orsay, Perancis.

10. Mona Lisa (Leonardo Da Vinci)

Siapa yang tidak kenal dengan lukisan Mona Lisa? Lukisan ini merupakan hasil karya maestro seni terkemuka dunia, Leonardo da Vinci, yang dibuat pada abad ke-16. Lukisan ini menggambarkan seorang perempuan yang menatap langsung ke mata pengunjung dengan ekspresi yang sering dikatakan misterius. Lukisan yang paling terkenal di dunia ini kini berada di Museum Louvre, Perancis.

Nah itulah 10 lukisan paling terkenal di dunia. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita. Terutama bagi para pecinta lukisan.

Mengenal Karya Seni Rupa Batik dalam Terapan Modern Nusantara dan Cara Membuatnya

Motif Batik

Karya-karya seni rupa terapan (applied art) sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Benda tersebut mempunyai fungsi tertentu yang dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari (benda pakai). Benda tersebut juga mempunyai wujud yang indah dan menarik (benda hias). Misalnya, sebuah cangkir yang disajikan di meja tamu. Cangkir tersebut diciptakan oleh seniman atau perajin untuk mengejar dua maksud sekaligus, yaitu mengejar fungsi cangkir sebagai tempat minum (nilai pakai) dan mengejar kualitas keindahan cangkir (nilai artistik).

A. Jenis Karya Seni Rupa Terapan Modern Nusantara

Karya seni rupa terapan modern Nusantara adalah karya seni rupa terapan daerah yang sudah mendapat pengaruh unsur teknologi modern. Meskipun dipengaruhi teknologi modern, karya seni tersebut tidak meninggalkan nilai-nilai budaya yang ada di daerah tersebut.

Pengaruh teknologi modern terhadap karya seni rupa terapan terletak pada bahan, alat, dan teknik pembuatannya. Selain itu, karya seni dapat lebih mudah, lebih cepat, dan lebih banyak dihasilkan. Corak dan kualitasnya pun semakin bagus. Contoh, karya seni rupa terapan modern Nusantara, seperti: batik printing, keramik, perabot rumah tangga, reklame, dekorasi, dan bangunan.

B. Keunikan Karya Seni Rupa Terapan Modern Nusantara

Manusia dalam menciptakan karya seni bertitik tolak pada keindahan objek alam yang ditangkap oleh kepekaannya. Selanjutnya, keindahan objek yang ditangkap itu dapat memunculkan ide untuk diciptakan ke dalam bentuk karya seni. Proses penuangan ide menjadi karya seni dilakukan melalui penggunaan teknik dalam mengolah media seni.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan apresiasi terhadap  karya seni, di antaranya:

1.Tema

Adalah apa yang mau diangkat dalam karya seni tersebut? Apakah temanya memiliki nilai yang lebih sehingga dapat menimbulkan kesan bagi apresiator atau penikmat seni?

2. Bentuk-bentuk

Adalah apa yang mau diungkapkan dalam karya seni? Apakah berupa gambaran objek manusia, hewan, alam benda, dan tumbuh-tumbuhan? Apakah sebagian besar bentuk-bentuk tersebut diinspirasikan terhadap objek yang terdapat di alam dari pengalaman dan penghayatan si pencipta seni?

3. Bahan-bahan

Adalah apa saja yang dipakai untuk menciptakan karya-karya seni rupa modern? Apakah terbuat dari bahan alam atau bahan buatan? Bagaimana kualitas bahannya?

4. Teknik

Adalah apa saja yang dipakai untuk mengolah materi (bahan dan alat) seni? Bagaimana cara membuat karya seni rupa terapan modern dengan teknik tersebut? Apa kekurangan dan kelebihannya dari teknik tersebut?

5. Fungsi 

Apakah fungsi karya seni rupa tersebut? Apakah memiliki nilai seni (estetis)? Apakah dalam kehidupan sehari-hari karya seni tersebut bisa dipakai?

6. Makna

Adalah simbolik apa saja yang mau dikomunikasikan melalui karya seni tersebut? Apa makna simboliknya? Apakah penghayat seni (apresiator) mampu memahami maknanya?

Berikut ini adalah keunikan karya seni rupa modern Nusantara.

1. Kerajinan batik printing

Batik printing termasuk salah satu jenis batik cap. Batik ini merupakan jenis batik modern karena dibuat di pabrik menggunakan peralatan modern (mesin) dalam jumlah yang besar. Untuk menghasilkan selembar kain batik printing jauh lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan kain batik tulis karena batik tulis dikerjakan secara tradisional yang dibuat secara manual. Meskipun demikian, dari segi kualitas batik tulis lebih unggul dibandingkan dengan batik printing. Motif dan bahan dari kedua jenis batik ini hampir sama. Meningkatnya permintaan bahan batik untuk busana non tradisional dan semakin tingginya biaya pembuatan batik tulis, mendorong berkembangnya batik printing.

2. Kerajinan logam

Bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan logam adalah tembaga, besi, aluminium, perunggu, kuningan, perak, dan emas. Hasil karya kerajinan logam dapat diolah melalui beberapa teknik, antara lain:
  • dengan teknik patri: liontin, cincin. anting-anting, kalung, gelang, dan bros;
  • dengan teknik las: teralis jendela, pagar besi, dan tangga besi;
  • dengan teknik cor: asbak rokok, tempat lilin, dan hiasan dinding.

3. Reklame

Reklame ini merupakan salah satu jenis karya seni rupa terapan modem karena media yang digunakan untuk memengaruhi menggunakan teknologi modern seperti iklan-iklan di radio, tulis pada koran dan majalah, dan gambar pada slide yang diputar di bioskop dan televisi. Iklan, label, brosur, leaflet, buklet, dan katalog biasanya dibuat dalam ukuran kecil dan bahannya terbuat dari kertas. Jenis reklame ini diolah menggunakan teknik komputer supaya mendapatkan hasil yang lebih baik kemudian digandakan dengan teknik cetak offset atau fotokopi. Sedangkan plakat poster, papan nama, spanduk, baliho, logo dan bill-board dibuat dengan ukuran yang besar serta bahannya terbuat dari bahan yang tahan terhadap berbagai macam cuaca.

4. Desain

Pada zaman modern, segala bangunan dan benda yang dibutuhkan manusia pada umumnya merupakan karya desain, baik dengan pendekatan fungsional maupun pendekatan estetis. Desain bisa dipahami sebagai suatu kegiatan seni rupa yang lebih praktis, terutama dalam pembuatan peralatan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti: menata rumah, menulis, membuat pakaian, membuat meja, lemari, kursi, dan merancang iklan, menulis kaligrafi, atau membuat pernak-pernik perhiasan.

Ada beberapa macam desain, yaitu:
  • Desain grafis dapat menghasilkan rancangan seni rupa bentuk dua dimensi yang pengungkapan nilai estetis dan ekspresinya melalui media cetak, misalnya: brosur, poster, majalah, kartu ucapan, undangan, surat kabar, dan ilustrasi.
  • Desain arsitektur dapat menghasilkan rancangan seni rupa bentuk tiga dimensi yang diwujudkan dalam bentuk bangunan, misalnya: perkantoran, perumahan, terminal, pasar, rumah ibadah, monumen, tempat rekreasi, dan pabrik.
  • Desain interior menghasilkan rancangan seni rupa bentuk tiga dimensi yang diwujudkan dalam bentuk tata ruang bagian dalam gedung, misalnya: tata ruang hotel (auditorium, kamar-kamar, lobi, dan ruang resepsi), tata ruang rumah tinggal (kamar tidur, ruang tamu, kamar kecil, dan dapur), tata ruang rumah sakit (lobi, ruang tunggu, ruang operasi, apotek, kamar rawat inap, dan ruang konsultasi dokter), dan lain sebagainya.
  • Desain produk menghasilkan berupa rancangan seni rupa tiga dimensi yang diwujudkan ke dalam bentuk benda atau peralatan yang dapat menunjang aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari. misalnya: mebel, perhiasan, otomotif, alat tulis, perkakas rumah tangga, mainan, cenderamata, pakaian, alat-alat elektronik, dan barang kerajinan.

5. Grafis

Karya seni grafis yang diolah melalui teknik cetak. Proses kerja dalam seni grafis yang menggunakan teknologi modern yaitu cetak datar (lithograph/planografi) dan cetak sablon/saring (sefigraf).
  • Cetak datar menggunakan plat klise tanpa torehan. Hasilnya seperti fotokopi, cetak offset, dan cetak film.
  • Cetak saring menggunakan kain gasa (screen) pada bidang cetak. Alat dan bahan yang diperlukan untuk menyablon, antara lain: kain gasa (screen), kipas angin, hair dryer, penyemprot air (handsprayer), bingkai saring, catok, rakel, pelapis (coater), meja cetak, ulano X, perekat sintetik, tinta sablon, sabun colek, kaporit, screen laquer, dan pengencer. Semua media yang disebutkan di atas sudah menggunakan teknologi modern. Hasil dari cetak saring tersebut seperti gambar pada tekstil (sablon kain), poster, badge, spanduk, logo, dan gambar produk perusahaan.

6. Arsitektur

Arsitektur adalah seni merancang bangunan yang fungsional dan terkontruksi dengan baik, memiliki nilai ekonomis, dan nilai estetika. Arsitektur modern memiliki kebebasan untuk berkarya dan tidak dibatasi oleh simbol-simbol tertentu. Di dalam perkembangannya seni arsitektur modern  tersebut memadukan antara kekuatan, keindahan, dan kegunaan.

Dari segi bentuk dan coraknya, sebagian besar bangunan saat ini mengacu pada arsitektur modern seperti: cluster, minimalis, mediterania, dan lain-lain. Pun bahan bangunan yang digunakannya dipilih dari bahan yang kuat, tahan lama, dan kualitasnya lebih unggul seperti kayu jati, beton, marmer, baja, besi, dan lain-lain.

Selain sebagai tempat tinggal, juga berfungsi sebagai tempat bekerja (kantor), tempat rekreasi, tempat ibadah, tempat berbelanja, dan lain-lain. Hasil dari karya seni arsitektur modern, diantaranya seperti: apartemen, rumah ibadah, rumah tinggal modern, istana, hotel, gedung pencakar langit, gedung pertunjukan, tempat rekreasi, pertokoan, mall, monumen, museum, gerbang, tugu, stasiun, bandara, terminal bus, stadion, pabrik, dan jembatan.

C. Membuat Batik

1.  Pengertian Batik

Batik adalah gambar pola ragam hias atau lukisan ekspresif pada kain yang dibuat dari bahan pewarna (naphtol) dan lilin (malam) dengan canting, menggunakan teknik rekalatar. Jadi, membatik adalah suatu kegiatan dalam mewarnai kain dengan membuat motif-motif tertentu kemudian diproses melalui pelilinan menggunakan alat yang disebut canting.

Jenis-jenis batik berdasarkan teknik pembuatannya, yaitu:

a. Batik tulis
Batik tulis dibuat dengan cara manual dalam artian seseorang melukiskan atau menuliskan cairan malam pada kain sesuai dengan motif yang diinginkan menggunakan tangan satu per satu. Proses pembuatan batik tulis sangat rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama. Pun mutunya akan lebih unggul dibandingkan jenis batik yang lain. Oleh karena itu, harga batik tulis relatif mahal.

b. Batik cetak
Batik cetak dibuat dengan teknik cetak. Batik cetak ini ada dua jenis, yakni:
  1. Batik stempel dibuat dengan menggunakan alat sejenis cap atau stempel yang dicelupkan ke dalam malam yang telah dicairkan. Batik stempel ini juga disebut sebagai batik cap.
  2. Batik printing dibuat di pabrik menggunakan peralatan yang modern (mesin) dalam jumlah yang besar.
Selain batik tulis dan batik cetak, juga dikenal batik jumputan dan batik prada. Batik prada merupakan jenis kain batik yang dilapisi oleh warna emas. Batik prada ini berkembang pesat di Pulau Bali, Jawa Tengah, dan Palembang. Kain prada ini biasanya dipakai untuk bahan pakaian adat tradisional dan kostum tari. Sedangkan untuk batik jenis jumputan dibuat dengan menggunakan teknik celup ikat. Dalam celup ikat ini perintangnya adalah karet gelang, tali, atau raffia sebagai pengikat. Pembuatan batik ini tidak menggunakan lilin, melainkan dengan mengikat kain mengunakan pengikat kemudian dicelupkan ke dalam pewarna.

Pada umumnya batik berfungsi sebagai busana. Pada masa kini batik itu tidak hanya digunakan sebagai pakaian (busana), tetapi juga untuk beragam pelengkap interior seperti: taplak meja, tirai, penutup tempat tidur, tas, sarung bantal, jok kursi, pelapis sofa, serta hiasan-hiasan dinding.

2. Motif Batik

Ragam motif/hias batik adalah susunan dari pola dan motif hias dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu pada suatu ruang atau bidang, sehingga menghasilkan suatu bentuk yang indah. Jenis hias batik ini dapat dibedakan menjadi tiga motif, yakni:
  • Motif non-geometris berupa tumbuhan, binatang, dan manusia.
  • Motif benda mati berupa air, api, angin, awan, matahari, batu, dan gunung.
  • Motif geometris berupa pilin ganda, tumpal, meander, kawung, dan swastika.
Di Jawa motif batik ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:

a. Motif batik keraton
Batik keraton yaitu batik yang berkembang dan tumbuh di dalam lingkungan masyarakat keraton, terutama keraton di Jawa Tengah. Berbagai jenis hias batik keraton dibuat berdasarkan filsafat kebudayaan Jawa, bersandar kepada nilai-nilai pemurnian diri dan spiritual. Batik keraton ini lebih cenderung bernuansa tertib, tetapi sarat dengan nilai dan bermakna spiritual, serta melambangkan alam semesta. Misalnya, motif sawat yang melambangkan air, dan motif burung melambangkan angin atau dunia atas. Motif batik dari Yogyakarta dan Surakarta termasuk jenis batik keraton.

b. Motif batik pesisiran
Batik pesisiran adalah kain batik yang berasal dari luar benteng keraton. Motif batik pesisiran ini banyak dipengaruhi oleh ragam hias batik yang berasal dari kebudayaan orang asing, terutama Cina. Bentuk gambarnya yang naturalis serta warna-warnanya yang sering dipakai adalah merah, biru, cokelat, dan kuning. Batik pesisiran yang terkenal adalah batik dari daerah Gresik, Tuban, Sidoarjo, Madura, Lasem, dan Cirebon.

3 . Bahan dan Alat Batik

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membatik:
  • Mori, adalah bahan yang digunakan untuk membatik. Jenis kain bisa dari bahan sutra atau katun. Biasanya kain masih dalam keadaan polos.
  • Malam, adalah sejenis lilin yang bentuknya keras serta warnanya agak kekuning-kuningan.
  • Naphtol, adalah pewarna untuk membatik. Warna yang sering digunakan adalah warna cokelat, biru, kuning, hitam, dan merah.

Alat-alat untuk membatik terdiri dari:
  • Gawangan, digunakan untuk mempermudah dalam membentangkan kain saat akan dibatik.
  • Canting, merupakan alat utama dalam membuat batik tulis. Benda yang terbuat dari tembaga inilah yang akan melukiskan cairan malam pada kain sesuai motif yang kita inginkan. Canting terbuat dari tembaga karena tipis dan tembaga sifatnya ringan, mudah dilenturkan, serta kuat. Canting memiliki carat dengan tangkai yang terbuat dari bahan bambu yang terdiri dari mangkuk kecil. Carat ini memiliki berbagai jenis ukuran yang tergantung dari kecil-besarnya titik-titik dan halus tebalnya pada garis-garis yang akan dilukis. Kegunaan mangkuk kecil adalah sebagai tempat cairan malam.
  • Wajan, ada yang terbuat dari tanah liat atau logam. Wajan ini guna sebagai tempat untuk mencairkan malam selama proses membatik dilakukan. Wajan yang digunakan sebaiknya memiliki tangkai agar mudah diangkat.
  • Anglo, digunakan sebagai alat perapian yang terbuat dari tanah liat untuk mencairkan malam. Saat ini orang bisa menggunakan kompor yang kecil sebagai pengganti anglo.
  • Kipas, terbuat dari anyaman bambu. Jika kita membatik menggunakan anglo, kipas ini biasanya akan digunakan untuk membesarkan api.

4. Pola Rancang Batik

Desain batik yang dibuat adalah berdasarkan ragam hias Nusantara yang menggambarkan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan alam sekitar. Pada bagian ini ada yang disebut desain batik konstruktif dan desain batik non-konstruktif. Pada batik konstruktif, unsur garis sangat menonjol, seperti: motif kawung dan motif batik parang rusak. Sementara batik non-konstruktif cenderung bermotif dekoratif, irama garis, pewarnaan, dan komposisi. Motif batik lung-lungan dan motif batik sido mukti adalah contohnya.

Bentuk stilir motif parang rusak pada batik Surakarta dan Yogyakarta mempunyai nama-nama tersendiri, misalnya: bentuk mlinjon, mata gareng, alis-alisan, gogan, bagongan, dan sirap kendela. Parang artinya karang yang rusak atau cacat. Motif ini menggambarkan bentuk karang yang kehilangan bentuknya (rusak) dan melambangkan sesuatu yang ganjil dan tidak pada tempatnya.

5. Membuat Batik

Berikut ini adalah langkah-langkah membuat batik tulis.

a. Tahap perancangan
Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada tahap ini, antara lain:
  • Corak
    Siapkan pola ragam hias corak tekstil Nusantara, kemudian pola tersebut disalin di atas kertas. Kemudian menentukan warna yang akan dipakai untuk mewarnai corak tersebut.
  • Bahan dan alat
    Bahan dasar tekstil ini harus sesuai dengan teknik yang akan digunakan. Untuk teknik pencelupan yang dingin, maka diperlukan kain yang terbuat dari serat alam seperti: rayon, katun, atau sutra. Pencelupan dingin ini harus menggunakan pewarna yang sintetis seperti: rapid, naphtol, dan indigosol. Sebagai bahan perintang digunakan parafin atau malam. Canting atau kuas merupakan alat utama yang diperlukan untuk teknik membatik jenis tulis ini. Selain itu, perlu juga disiapkan anglo dan wajan untuk malam, wadah untuk pewarnaan kain, kompor dan panci untuk menghilangkan malam, serta gawangan untuk membentangkan kain.
b. Tahap pembatikan
Sebelum pola batik diterapkan, kain yang akan dibatik dicuci terlebih dahulu, baiknya dengan sabun supaya lebih bersih. Tujuan dari pencucian kain ini adalah untuk melepaskan zat kimia yang menempel pada kain, sehingga nantinya kain dapat menyerap warna dengan baik. Kemudian siapkan wajan dan anglo yang berisi malam. Sebelum itu kain yang akan dibatik harus kering serta permukaannya licin. Untuk mempermudah membatik, gantunglah kain tersebut pada gawangan.

c. Tahap penyelesaian
  • Pelepasan malam
    Setelah proses pewarnaan selesai, maka dilakukan pelepasan malam dengan cara merebus kain dalam air mendidih. Kemidan kain digerak-gerakkan menggunakan dua buah tongkat kayu supaya malam mudah lepas dari kain. Proses ini dikenal juga dengan nama istilah nglorod.
  • Proses penguatan warna
    Supaya warna tidak mudah luntur, maka dilakukan proses penguatan warna dengan cara merendam kain ke dalam larutan sodium sulfat dan soda abu yang dicampur dengan air. Setelah itu, kain dicuci sampai bersih. Kemudian kain dikeringkan dan diangin-anginkan. Setelah kering, haluskan permukaan kain dengan cara disetrika.

Ini Penting Bagi Pendidik, Lingkungan Sebagai Alternatif Dalam Pembelajaran

Lingkungan Sebagai Alternatif Pembelajaran

Lingkungan Sebagai Alternatif Dalam Pembelajaran

Kemanakah perginya anak-anak para pemimpin sejati anak-anak dan cucu dari founding father pendiri dari negeri ini? Kemanakah perginya manusia-manusia pembelajar serta guru-guru bangsa? Jadi apakah ruginya negeri ini jika sekolah-sekolah di bubarkan? bukankah pembelajaran bisa terjadi dimana saja bahkan di dalam lipatan-lipatan kecil di atas meja. Lihatlah kurikulum pendidikan mereka di tingkat sekolah dasar sama sekali tidak menjawab kebutuhan mereka. Kehidupan dari anak-anak yang tinggal di pemukiman kumuh, bersama sampah-sampah yang membanjiri sungai-sungai di kota besar. Para bibit-bibit muda tidak mampu mencerna audio-visual yang ditelannya bulat-bulat, apalagi dengan berjamurnya supermarket yang menampakkan matrealisme gaya hidup konsumtif. Semua itu tidak ada dalam kurikulum formal seperti yang dikatakan oleh Andrias Harefa "Kita tidak pernah tau mengapa sekolah maupun universitas tidak pernah membuat orang menjadi terbuka pikirannya apalagi yang peka nuraninya". Lingkungan sangat berpengaruh atas pribadi kita dan kita akan dipertanggungjawabkan atas segalanya. Pendidikan bukan hanya di gedung sekolah atau perguruan tinggi tetapi yang lebih penting lagi dalam konteks kehidupan.

Kualitas pendidikan di Indonesia sungguh masih sangat memprihatinkan, berdasarkan hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat SD yang dilaksanakan oleh organisasi Internasional Educational Achievement (IEA) bahwa di Indonesia berada di urutan ke 38 dari 39 negara peserta studi. Karena sesungguhnya pembelajaran bisa terjadi di setiap hal tidak terikat ruang dan waktu. Pendidikan alternatif adalah salah satu bagian dari sistem pembelajaran dengan lingkungan sebagai media pembelajaran. Pembelajaran ini adalah jawaban dari kebingungan mereka para anak-anak bangsa yang kesulitan mendapatkan fasilitas media pembelajaran karena keterbatasan biaya. Pembelajaran alternatif bisa dilakukan di tempat yang berhadapan langsung dengan media pembelajaran yang nyata yaitu kondisi atau pun keadaan lingkungannya.

Di kota-kota besar sudah banyak komunitas-komunitas pemerhati lingkungan serta pendidikan yang peka akan kebutuhan bangsa ini. Merekalah para pahlawan-pahlawan di era IPTEK. Adalah hal yang tidak mustahil jika di lingkungan pedesaan pun mendirikan pendidikan-pendidikan alternatif. Misalnya saja bukan hanya bagi mereka yang putus sekolah tetapi anak bangsa yang sudah merasakan nikmatnya pendidikan yang tertelan bulat-bulat bisa lebih diarahkan. Menjadikan lingkungan sebagai tempat atau media pembelajaran, mengajak mereka terjun langsung mengatasi berbagai persoalan lingkungan. Aliran selokan yang dipenuhi sampah, bisa dijadikan alternatif pembelajar. Sehingga mereka bisa mengetahui limbah seperti apa yang bisa dimanfaatkan serta cara yang tepat mengatasi kerusakan lingkungan. Mereka boleh bertanya tentang apa saja yang dilihat dan di dengar, jawabannya akan didiskusikan oleh sang guru langsung di tempat ketika pertanyaan itu diajukan. Karena setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru, oleh pendidikan tidak terikat oleh lembaga formal yang menina-bobokan anak-anak.

Pendidikan alternatif berperinsip memakai kacamata anak dalam berbagai hal, bukan kacamata orang dewasa, karena biasanya orang dewasa selalu memaksakan kacamatanya kepada anak.

Kerinduan kepada mereka anak-anak miskin, pinggiran serta anak kampung adalah kritis, cerdas, kreatif serta tidak mudah putus asa. Pembelajaran alternatif berbasis lingkungan harus menghadirkan citra rumah, persaudaraan, partisipasi yang terbuka dan spontan. Tulisan Kleden berhasil menjelaskan antara perbedaan pengetahuan dan lembaga-lembaga pengajaran seperti sekolah dan universitas dengan pelatihan skill. Sesuatu yang bersifat keterampilan bisa di dapatkan bukan hanya dengan mengakumulasi pengetahuan. Sekolah dan . universitas ternyata sukses dalam satu kali mencetak manusia-manusia yang menjadi tua. Akan tetapi tidak sungguh-sungguh menjadi dewasa. Pendidikan dan pembelajaran adalah soal kepemimpinan tidak ada sekolah dan kursusnya kecuali kehidupan nyata itu sendiri.

Terkendala Saat Mengajar Karena Muridku Susah Berbahasa Indonesia

Muridku Susah Berbahasa Indonesia

Oleh: Endar Susanti

Bahasa Persatuan Indonesia

BAHASA Indonesia adalah bahasa persatuan. Bahasa universal penduduk tanah ini untuk berbicara, berkomunikasi. Karena menjadi bahasa nasional, maka sejak kecil, anak-anak sudah mempelajari bahasa Indonesia.

Selain bahasa Indonesia, tanah ini juga memiliki bahasa ibu yang melekat pada tiap-tiap yang lahir. Tak cukup dua atau sepuluh, tapi ratusan. Dituturkan secara turun-temurun, dari generasi satu ke generasi setelahnya. Inilah yang memperkaya ragam bahasa di tanah ini. Juga sekaligus menjadi alasan, tak setiap penduduk bisa berbahasa Indonesia, memahaminya dengan baik dan benar. Ya, jangan anggap semua orang Indonesia bisa berbahasa Indonesia. Tidak.

Anak-anak di Kampung Oja, tempat aku bertugas selama setahun, adalah satu contohnya. Bahasa ibu mereka jauh lebih kuat dibanding bahasa persatuan. Tak heran bila bahasa terkadang jadi kendala utamaku saat mengajar di SMP Negeri 3 Nangapanda. Dan inilah kisahku dengan mereka.

Hari Pertamaku Mengajar

Secara administratif, Oja berada di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Endo, Nusa Tenggara Timur. Sementara letak geografisnya, ada di kaki Bukit Mboaloka. Sekolah tempatku mengajar ada di atas bukit itu.

Hari pertamaku mengaiar diwarnai turunnya kabut, membungkus Kampung Oja. Membuat semua orang, termasuk aku malas beranjak. Namun, itu adalah hari Senin, yang pagi harinya dimulai dengan upacara bendera.

Pukul 06.00 waktu setempat, telah terdengar sayup-sayup senda gurau murid-murid yang mulai berdatangan. Dari dalam ruanganku, terdengar suara panggilan mereka yang riuh. "Selamat pagi Ine."

Meski tak melihatku, mereka tetap menyapaku dengan ramah. Aku bergegas, mempersiapkan diri untuk mengikuti upacara. Sementara kabut tebal masih menutup sebagian pandangan. Usai upacara, aku melihat jadwal pelajaran di meja. Ini hariku. Inilah kali pertama aku terjun sebagai tenaga pendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Mata pelajaran yang kuampu adalah Biologi.

"Selamat pagi, lbu...," kompak mereka berucap saat kakiku menapak di ruang kelas VII.

Kubalas dengan senyum hangat, sembari mempersilakan mereka duduk lagi. "Selamat pagi..."

Jam pertama kuhabiskan untuk berkenalan, mendekati mereka. Mengetahui sesiapa saja mereka. Barulah, Setelah suasana mencair dan semua tertawa, aku mulai masuk ke materi pelajaran. Ciri-ciri makhluk hidup, itu materi pertama yang kuajarkan pada mereka.

"Apa ciri-ciri makhluk hidup anak-anak? Siapa yang tahu boleh angkat tangan?"

Sesuatu yang tak kusangka sebelumnya, terjadi. Hampir seluruh siswa yang berjumlah dua puluh itu mengangkat tangannya dan saling berebut untuk menjawab pertanyaan. Aku sangat kagum dan senang sekali dengan keaktifan mereka. Aku benar-benar tak menyangka mereka memiliki semangat yang luar biasa. Karena begitu banyak yang mengangkat tangannya aku berusaha menenangkan dan menunjuk satu dari mereka untuk menjawab pertanyaan.

"Saya Ibu.. .saya Ibu." Mereka kembali berteriak dan aku berusaha kembali menenangkan.

"Oke.. .biar Ibu bisa dengar, Ibu minta sama yang duduk di ujung untuk jawab pertanyaan."

"Emmm... Ayam, kambing, dan sapi, Ibu," jawabnya lantang.

Aku tercengang dibuatnya. Jujur saja, aku sebenarnya ingin tertawa mendengar jawaban itu. "jawaban Yusta kurang tepat, ada yang mau mencoba menjawabnya?" kataku sambil berusaha menahan tawa.

dengan semangat yang masih menyala, mereka kembali saling berebut dan kali ini aku menghampiri seorang siswa yang bernama Asno. Dengan malu-malu ia menjawab. "Kambing, sapi, dan babi."

Tawa yang kutahan berubah jadi helaan napas panjang. Sungguh, ini tidak lucu. "Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?" batinku.

Ternyata Mereka Tak Memahami Bahasaku

Aku bertanya-tanya dan mencoba untuk memahami mereka. Akhirnya aku meminta mereka untuk menulis apa saja yang mereka ketahui tentang makhluk hidup secara bebas dengan waktu 15 menit.

Anak-anak begitu antusias. Dengan tenang mereka mengikuti permintaanku. Ketika mereka mengerjakan tugas, iseng aku berjalan mendekati satu per satu. Ternyata setiap  siswa selalu menuliskan kalimat yang terbalik-balik. Seperti, makhluk hidup suka kasih makan.

Barulah aku paham. Saban hari mereka menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi. Pantas saja masih banyak yang tak mengerti bahasa Indonesia. Setelah mengetahui biangnya, lekas kuhentikan aktivitas tulis-menulis. Aku pun berusaha mengulangi pertanyaanku dengan bahasa yang  mereka pahami. Ternyata tak mudah. Beberapa siswa nampak memahami, namun lebih banyak yang tak paham.

Dengan wajah polos mereka memandangku sambil  tersenyum. Tiba-tiba seorang siswa mengangkat tangannya.

"Ibu... Ibu saya mau bicara sebentar." Logat bahasa ibunya amat kental. Aku hanya mengangguk dan mempersilakannya untuk mengatakan apa yang ingin dikatakan. Sambil terus tersenyum anak ini belum juga berbicara.

"Ibu saya pu nama Rini, panggil sa Rini. Saya mau minta maaf sama ibu."

Aku pun mengeryitkan kening ketika anak itu bilang minta maaf. Salah apa?

"Kami tidak paham dengan ibu pu bahasa, tapi sekarang kami su paham."

Seisi kelas pun riuh oleh tawa siswa baruku di pedalaman Flores.

Aku yang tadinya bingung, hampir tak tahu bagaimana membuat mereka paham dengan bahasa Indonesia akhirnya hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka. Terima kasih siswa-siswaku yang telah mengajariku kesabaran yang luar biasa dan tak ternilai. Semoga kalian kelak menjadi anak-anak yang sukses. (*)
Profil Penulis
Nama lengkapnya Endar Susanti. Wanita kelahiran Sarko pada tanggal 27 Maret 1991 ini adalah Sarjana Pendidikan Biologi UNY. Berasal dari Desa Laser, Merangin, Renah, Pamenang, Jambi. Endar ditugaskan mengabdi menjadi guru SM3T selama setahun di Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur.

Guru Wajib Baca! Kisah Mengharukan Seorang Guru SM3T di Pedalaman Nusa Tenggara Timur

Melanjutkan Perjuangan lbu

Oleh: Septi Sinarsih

Peta Nusa Tenggara Timur

BILA ada yang bertanya padaku, bagaimana aku melewatkan masa setahun di penempatan, berkawan dengan anak-anak di pedalaman, berbagi sedikit ilmu dengan mereka, merasakan 'nikmatnya' hidup di tanah rantau, itu semua karena ibuku. Ibu dan perjuangannya telah menguatkan langkah kaki dan semangatku untuk merampungkan masa pengabdian.

SMA S Kejora

Bersama ketiga kawanku, Azif, Pipit, dan Irsyad, aku menapakkan kaki di Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Riung tak seudik dalam bayanganku. Semua fasilitas tersedia di sini mulai dari sinyal, listrik, air, dan fasilitas umum lainnya. Entah alasan apa yang membuat pemerintah masih melabeli Riung sebagai daerah tertinggal.

SMA S Kejora menjadi tempat pengabdianku. Kali pertama dikenalkan, rasanya kagok. Kudengar bahasa Indonesia mereka tak keruan. Secara susunan kata dan kalimat tidak sesuai dengan EYD. Saat ditanya tentang beberapa hal, aku hanya bisa menjawab seadanya. Setidaknya dengan senyum atau kata "iya". Bahkan saat berkenalan dengan siswa pun aku bingung, apa mereka mengerti bahasa Indonesiaku. Setiap aku ajak bicara, mereka sering tertawa. Padahal, menurutku ini tidak lucu. Unik memang, tapi seiring berjalannya waktu aku bisa beradaptasi dengan bahasa Indonesia-nya orang Flores.

Aku mengampu mata pelajaran Kimia. Praktikum menjadi kegiatan utama. Sayang, sekolahan ini belum memiliki bahan-bahan kimia dan peralatan praktikum yang lengkap. Kabar gembira pun datang setelah beberapa kali pertemuan. Entah mendadak atau karena aku belum tahu sebelumnya, sekolah mendapat bantuan peralatan praktikum.

Aku memanfaatkan fasilitas yang ada sembari mencari-cari alternatif percobaan yang bisa diaplikasikan di sekolah. Meski berada di daerah 3T, namun aku tetap bisa mengadakan praktikum. Keterbatasan tak menjadi penghalang untuk mengajak mereka berpraktik.

Internet menjadi andalanku untuk mencari ide percobaan yang akan kulakukan. Setelah menemukan beberapa contoh percobaan yang sesuai dengan materi aku langsung mencobanya di rumah. Bila berhasil, keesokan harinya akan kubawa ke sekolah dan kuminta para siswa mencobanya pula.

Percobaan yang aku lakukan pertama kali adalah faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. Mereka sangat antusias mengikuti. Inilah yang membangkitkan semangatku untuk kembali bereksperimen pada materi berikutnya.

Kepuasanku di kelas, manakala melihat mereka melakukan percobaan dengan rasa penasaran. Artinya ada respon positif dari materi yang aku sampaikan.

Hingga datanglah kabar itu. Bak petir di siang bolong. Mengubah semangatku mendampingi anak-anak menjadi teriakan kencang, yang membuatku hilang harapan.

Kabar Duka dari Jawa

Jumat 14 Maret 2014. Aku tengah merangkai alat sederhana untuk percobaan kedua, uji larutan elektrolit. Saat itu, semangatku tengah berada di puncaknya. Beberapa kali memastikan tak ada yang terlewatkan. Semua sudah siap, percobaan di rumah, Sabtu besok aku tinggal mengajak para siswa praktikum.

Sore itu, ponsel ku berdering beberapa kali. Kuterima dan kabar buruk mengendap di telingaku. Sesaat, badan ku terasa disambar petir dan aku tak bisa melakukan penolakan apapun.

"Innalillahi wainalilahiroji’un, ibuku nggak ada," kalimat itu yang terucap seketika.

Aku menjerit sejadi-jadinya. Aku tak tahu harus berbuat apa. Di telepon, aku masih mendengar kerabat di Yogya mencemaskan keadaan ku. Barulah mereka menyampaikan ibu menutup mata sekitar pukul 12.00 WIB. Mungkin saat Matahari berada di angka dua belas.

Setelah menutup telepon, aku hanya duduk dengan pandangan kosong. Kawan-kawanku berkerumun, menenangkan diriku. Tapi tak ku hiraukan, tak acuh. Aku malah menyalahkan diriku sendiri. Tahu begini aku memilih untuk mengabdi di luar Jawa.

"Tidak usah memikirkan hal itu sekarang yang terpenting bagaimana kamu bisa pulang secepatnya," kata Azif.

Kebingungan itu juga yang melandaku sedari tadi. Apakah aku bisa pulang? Apa aku bisa menemui jenazah ibuku? Bagaimana aku bisa dapat tiket pesawat dalam waktu singkat?

Dua minggu lalu memang ada perasaan mengganjal dalam benakku, mungkin itu yang namanya firasat. Ibu mendatangiku dalam mimpi, ia mengenakan baju hitam yang mungkin sebenarnya adalah pertanda tentang kematiannya. Sepuluh hari sebelumnya, aku tak dapat kabar darinya. Aku dan ibu biasa berkomunikasi dengan pesan singkat atau telpon. Kali ini tidak. Keluargaku bilang, ibuku sedang mengikuti pendidikan dan latihan. Rupanya itu bohong. Sepuluh hari itu, ibuku terbaring di rumah sakit lantaran serangan jantung.

Keberadaan teman-teman membuatku tetap berpikir jernih. Tak hanya menguatkanku, mumbisikkan kata-kata penyemat agar aku bersabar. Mereka juga mengurus tiket travelku ke Ende. Begitu juga pak Sugeng. Ia adalah orang Jawa yang sama-sama bertugas di Riung, hanya saja berbeda tugas. Pak Sugeng punya banyak relasi yang membuatku bisa dengan mudah menggenggam tiket pesawat untuk segera pulang. Ia sudah kuanggap bapak sendiri di tanah rantau.

Tepat pukul 22.00 WITA aku menuju Bandara Hasan Aroeboesman Ende ditemani Waluyo, Mala, dan Anggi. Setiba di sana, bandara masih tutup dan tiga temanku ini masih stfia mendampingi sampai aku naik pesawat. Aku merasa sangat beruntung punya teman yang mau membantuku sampai sejauh ini. Perjalananku benar-benar diberi kemudahan, Alhamdulillah. Sesampai di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta sanak keluarga sudah menunggu untuk menjemput. Entah mengapa aku tidak bisa menangis. Aku hanya bisa tersenyum sembari menyapa mereka. Sesampai di rumah kulihat jenazah ibu sudah terbujur kaku. Segera aku bersiap-siap untuk mensalatkan jenazahnya. "lbu, ini bukti cintaku padamu. Aku hanya bisa mensalatkan sampai hari terakhir ini," kataku dalam hati.

Aku tak berani melihat wajahnya yang sudah terbungkus rapi meski untuk yang terakhir kali. Aku takut menangis dihadapnya, takut akan menulari keluargaku menangis lagi. Sendiri, aku menguatkan diri. Menguatkan bapak dan saudaraku lainnya. Saat upacara pemakaman, kupeluk erat bapak. Aku tahu dia tidak kuat berdiri dan aku menyemangatinya semampuku.

Karena Ibu Juga Seorang Guru

Beberapa hari kemudian, aku ingat dengan siswaku di Riung. Aku meninggalkan mereka dan mungkin saja mereka menantiku kembali. Aku berada di persimpangan. Apakah aku harus kembali dan meninggalkan keluargaku yang masih berduka atau tetap di rumah, meninggalkan anak didikku. Ujian hidup yang diberikan Allah benar-benar terasa berat. Antara keluarga dan pengabdian membuatku bimbang.

Di satu sisi, aku juga masih terikat kontrak dengan Dikti untuk menyelesaikan masa pengabdian di Riung. Saudara dan teman-temanku memberi semangat. Mereka kompak bilang, "Lanjutkan perjuangan ibu."

Kalimat itu membuatku kembali bangkit. Ya, aku harus bangkit, kembali, dan menjumpai anak-anak di Riung. Kembali berjuang bersama mereka. Kembali berjibaku, membagi ilmu pada tunas-tunas bangsa itu. Bapak yang semula tak tega melepasku, malah yang paling keras menyemangatiku.

"Ibuku memang luar biasa. Aku ingin melanjutkan perjuangannya, karena ia juga seorang guru."

Setelah dua minggu meninggalkan wajah-wajah lugu yang menghiasi Riung, aku kembali berjumpa dengan mereka. Wajah mereka nampak asing, mungkin karena beberapa hari aku tak melihatnya. Kembali aku menjadi canggung seperti pertama kali menginjakkan kaki di sekolah.

Lagi-lagi wajah muridku mengguratkan harapan yang harus kugenggam. Mereka juga membutuhkan keberadaanku. Praktikum yang dulu sempat tertunda kini kuuji cobakan. Senyum yang dulu pernah melintas di bibirku kini kembali bersemi. Ada rasa kebahagiaan tersendiri saat melihat mereka berhasil melakukan percobaan.

Bersama siswaku, aku tunaikan amanah sampai selesai di tempat pengabdian. Bersama mereka pula aku melanjutkan perjuangan ibu untuk mencerdaskan anak bangsa. Betapa indahnya skenario Allah selama pengabdianku di tanah Flores. (*)

Profil Penulis

Nama lengkapnya Septi Sinarsih. Dara yang baru pertama kali merantau jauh ini lahir di Sleman, 02 September 1990. Septi, biasa ia disapa. Berasal dari Desa Soman Selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Lulusan Pendidikan Kimia UNY ini setahun mengabdi menjadi gru SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) di Kabupaten Ngada, NTT.

Pengalaman Mengharukan Guru SM-3T di Pedalaman Nusa Tenggara Timur

Di Timur, Matahari Lebih Dulu Terbit

Oleh: Fitri Nurhayati

Pengalaman Mengharukan Guru SM-3T di Pedalaman Nusa Tenggara Timur

Anak nelayan yang kini menjadi muridku

FLORES sungguh indah. Semua pun sepakat. Satu lokasi yang tepat untuk menikmati keindahan itu ada di 17 Pulau, Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Satu spot yang menjadi daya tarik Flores bagi siapa pun yang baru pertama kali berkunjung, seperti aku.

Satu pagi tepatnya dari ujung Dermaga Nangamese, nampak penguasa langit mulai meninggi di ufuk timur. Cahayanya kuning emas bersepuh ungu seperti campuran warna oranye dan merah di ruang yang tanpa batas. Pulau-pulau kecil yang masih keabu-abuan nampak berbaris rapi seperti menunggu sentuhan mentari secara perlahan. Ya, di timur Matahari lebih dulu terbit. Pagi selalu lebih dulu dimulai.

Saat itu desir ombak masih sangat tenang. Tak ada gelombang menciumi pantai. Berbeda dengan beberapa jam lalu, angin masih berhembus mengantarkan nelayan menepi usai melaut. Semua orang mulai sibuk dengan aktivitas masing-masing. Begitu juga aku. Pagiku telah siap untuk memulai hari bersama anak-anak nelayan yang kini menjadi muridku.

"Selamat pagi, ibu," sapaan rutin yang selalu datang dari seorang bocah berusia empat tahun.

Setelah menyapaku biasanya ia segera berlari menuju rumah untuk kembali dengan kesibukannya sendiri, bermain mobil-mobilan. Melaporkan kepada mamanya kalau ia baru saja bertemu denganku di depan rumah. Setelah itu barulah sang mama keluar dengan membawa baskom berisi sebonggol ikan. Tiap bonggolnya berisi sepuluh ikan kecil yang dijualnya dengan harga sepuluh sampai lima belas ribu.

Pagi itu perjalanan menuju sekolah sengaja kuperlambat supaya berbarengan dengan muridku, Yein, Grace, Alfridus, dan Modo. Rumah mereka berdekatan satu sama lain. Biasanya kami selalu bertemu di persimpangan jalan, kemudian sama-sama menyeberang lapangan untuk menuju sekolah. Dari jauh sudah kulihat tangan kanan mereka menggenggam sapu lidi, sedang tangan kiri menenteng ember kosong. Buku pelajaran yang selalu kusut diangkutnya ke dalam tas.

Aku tak pernah melihat gurat lelah dari wajah siswa-siswaku ini. Apalagi beberapa bulan lagi mereka akan mengikuti ujian nasional (UN). Sudah banyak persiapan yang mereka lakukan meski hampir tiap hari, ketakutan menghadapi ujian sering disampaikan padaku. Dengan gaya sok bijak aku berusaha memotivasi mereka, padahal sebenarnya terlintas juga ketakutan yang sama dalam benakku.

Yayasan Perguruan Kejora Riung, SMA S Kejora Riung. Tulisan itu sudah nampak jelas tertangkap oleh mata. Menandakan kalau beberapa langkah lagi kakiku akan menapak di pintu gerbang sekolah. Dari jalan, bangunannya memang tak nampak lantaran tertutup oleh pohon jambu mete dan mangga yang berdaun lebat. Mungkin selebat semangat mereka yang bermekaran setiap pagi.

Tanpa instruksi semua siswa telah bergegas menjalankan tugas rutin mereka dengan senjata masing-masing. Ada yang bersenjata sapu lidi, sapu ijuk, parang, ember, bahkan ada yang tanpa senjata. Memungut sampah dari tempat-tempat yang sulit dijangkau. Seperti inilah kesibukan mereka setiap pagi sebelum duduk manis di kelas mendengarkan guru berceramah.

Arlojiku sudah menunjukkan pukul 07.00 WITA. Dalam waktu bersamaan berdentang lonceng sekolah. Suaranya merasuk ke telinga-telinga yang ada di seluruh penjuru sekolah. Belum sampai lima menit semua siswa sudah berbaris rapi di halaman. Debu-debu kering bertaburan setelah mereka injak dengan kejam. Seketika udara pagi menjadi kotor.

"Selamat pagi anak-anak," suara Pak Adrianus terdengar lantang meski ia tak menggunakan pengeras suara.

Semua mata tertuju pada sosok kepala sekolah yang sedang menyampaikan amanat pagi itu. Sudah menjadi kegiatan rutin dilaksanakan apel pagi yang dipimpin oleh siswa baik putra maupun putri. Saat itu pula dengan khusyuk semua yang hadir menyanyikan puji-pujian dan memanjat doa. Kami memang berbeda dalam hal keyakinan. meski begitu aku tetap merasa bangga berada di antara mereka. Toleransi sangat dijunjung tinggi di sekolah ini.

Tidak sampai lima belas menit apel pagi selesai. Semua siswa menyerbu kelas masing-masing dengan riang gembira. Kalau melihat air muka mereka yang bahagia seperti ini, rasanya tak ingin beranjak dari nuansa pagi yang bersahabat ini.

Kekhawatiran menunggu pengumuman hasil UN

Ketakutan Yein dkk akan ujian nasional berakhir sudah. Mereka telah melewati satu tahapan sukses dalam sejarah pendidikan yang cukup menegangkan. Betapa tidak, ujian nasional selama ini dianggap sebagai tolok ukur kesuksesan pendidikan mereka. Meski sebenarnya bukan itu hakikatnya.

"Ibu guru, yang paling penting saya sudah ujian. Saya ingin sekali lulus, sudah pusing pikir pelajaran,” kata Yein.

Hari-hari di sekolah selanjutnya tak lebih dari sekadar kegiatan belajar-mengajar. Siswa kelas tiga sudah jarang datang ke sekolah usai merampungkan ujian. Sungguh hari-hari di sekolah menjadi semacam proyek tanpa akhir yang perlahan membosankan. Perasaanku menjadi tak keruan karena Sebentar lagi akan diumumkan hasil ujian. Kuingat adri persiapan awal pretest, beberapa kali try out, latihan berlembar-lembar soal tapi hasilnya masih sama. Nilai mereka masih jeblok, tidak menunjukkan progres. Kepala sekolah mengatakan, pihaknya telah berusaha maksimal untuk meraih kesuksesan dalam UN 2014.

Namun semua ketakutanku terbayar setelah mendengar kabar yang melintas dari kota, semua siswaku lulus tanpa ada yang tertinggal satu pun. Pak Adrianus bilang, sekolah kami masih sama dengan tahun lalu. Kali ini malah seorang siswa berhasil meraih nilai tertinggi tingkat kabupaten. Namanya Firman A. Laba, pelajaran sastranya dapat nilai 9,25. Bukankah itu amat membahagiakan? Belum lagi Anastasia Kio yang Bahasa Indonesia-nya dapat nilai 8,60, sedang Persia,  Sosiologi-nya 7,40. Aku buktikan, ketakutan selama ini ternyata dapat dilawan dengan perjuangan yang penuh kesabaran.

Harapan melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi

Siswaku merasa puas dengan hasil ujian yang telah didapat kemarin. Meski beberapa anak mendapat nilai yang pas-pasan tapi setidaknya tetap menjadi kebanggaan. Beberapa anak mencoba peruntungan dengan mendaftar kuliah di perguruan tinggi. Sebelum pengumuman kemarin, aku sudah lebih dulu mendaftarkan sebelas anak untuk mengikuti SNMPTN. Tapi dari sebelas itu pula hasilnya nihil. Ada gurat kecewa dalam benakku.

Tak apa, kesempatan kedua masih berpihak pada murid-muridku. Kali ini ada tahapan Seleksi masuk perguruan tinggi melalui tes tertulis. Pendaftararanya dilakukan secara online. Tahap seleksinya mereka harus datang langsung ke kampus yang dipilih. Kali ini aku mendaftarkan enam siswa, tadinya sepuluh tapi mogok di tengah jalan. Kebanyakan lebih memilih bekerja atau mencari kayu bakar di hutan.

"Ibu... saya tidak jadi daftar. Nenek bilang tidak usah kuliah jauh-jauh cukup di Bajawa saja," kata Rindong, seorang muridku. Bajawa merupakan pusat kota Kabupaten Ngada  yang menjadi satu-satunya tempat paling ramai di sini.

Awalnya Rindong ingin kuliah di Yogya. Ia bilang di Yogya ada saudara yang siap menampungnya selama kuliah. Tapi neneknya tak memberi izin. Sejak kecil Rindong hanya tinggal berdua dengan sang nenek sehingga untuk melepasnya sampai ke tanah Jawa mungkin agak sulit. Mamanya sudah menikah lagi dan tinggal dengan suami baru, sedang bapak kandungnya sudah tidak pernah menemuinya lagi. Cita-cita Rindong menjadi penyanyi mungkin akan menemui jalan lain dengan cara yang berbeda. Gadis berambut panjang ini punya hobi menyanyi dan menari. Setiap ada acara di desa pasti ia tampil paling depan.

Lain cerita dengan Alfridus Kara. Anak IPA ini ingin sekali kuliah tapi terhambat masalah biaya. Masalah klasik yang dialami hampir semua orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya. Kata Rindong, di kampung Alfridus tak ada listrik, susah air, dan tak ada sinyal. Kalau pun ada sinyal hanya di titik tertentu. Pantas saja aku telepon hasilnya nihil. Kuputuskan untuk mengirim pesan singkat, siapa tahu tiba-tiba ada sinyal lewat membawa pesanku padanya.

Sehari kemudian baru aku dapat kabar dari Alfridus, katanya ia ingin kuliah. Anak pertama dari empat bersaudara ini termasuk anak cerdas, kemarin ia juga direkomendasikan sekolah untuk ikut SNMPTN dan beasiswa bidikmisi.

"Iya ibu saya ingin ambil Kimia atau Matematika," kata  Alfridus.

Aku memintanya untuk datang ke sekolah besok siang sekaligus membawa persyaratan yang dibutuhkan. Banyak borang yang harus diisi sebagai persyaratan. Tentang data Alfridus dan keluarganya tentu aku tak tahu banyak.

"Iya ibu besok siang saya datang ke sekolah," balasnya. Beberapa dari siswaku juga sekaligus direkomendasikan untuk mendapat beasiswa termasuk Fersia, Alfridus, dan Modo. Aku menunggu Alfridus di sekolah ditemani Fersia, Modo, dan Yein. Sementara menunggu, gangguan datang dari sinyal operator yang tiba-tiba menghilang.

"Ini memang sedang gangguan dari kemarin ibu. Kemarin muncul sebentar terus hilang lagi. Sekarang malah hilang sama sekali," kata Yein yang masih belum kudaftarkan.

Siang sampai sekolah bubar, tak muncul juga batang hidung Alfridus. Katanya mau datang siang ini, tapi kalau pun ia datang tetap saja tak bisa mendaftar karena gangguan sinyal.

"Biar nanti dia datang ke rumah saja ibu," kata Yein. Aku mengiyakan sarannya. Kata Yein, rumah Alfridus memang jauh, oto hanya ada pagi hari saja. Kalau sudah ketinggalan oto maka tertinggal juga semuanya. Belum lagi jalannya yang rusak parah dan jauh. Bisa seharian di perjalanan. Akhirnya aku memutuskan pulang ke rumah, begitu juga dengan Yein. Katanya ia akan datang ke rumah nanti sore sembari menunggu sinyal telekomunikasi stabil lagi. Sinyal, bersahabatlah denganku kali ini saja siswaku sedang membutuhkanmu. Tinggal dua hari waktu pendaftaran, belum lagi mereka yang harus membayar biaya pendaftaran secara online di pusat kota.

Perjuangan menuju sepercik harapan

Pukul empat sore Yein datang ke rumah. Ia tak sendiri, kali ini sudah bersama Alfridus. Keduanya datang dengan membawa persyaratan yang harus dilengkapi. Beruntung, meski sangat pelan tapi jaringan internet kali ini mau berteman. Aku mulai mengisi borang untuk Alfridus. Ada banyak lembar yang harus dipenuhi sampai aku mendapati borang yang meminta penjelasan tentang kondisi orangtuanya. Alfridus menceritakan padaku kalau mamanya selama ini sakit. Kulitnya menguning kalau sedang kumat.

Sulung empat bersaudara ini tergolong anak yang patuh dan rajin. Aku berharap kelak ia yang akan menggantikan posisi bapaknya mengangkat derajat keluarga. Setelah mengisi borang, aku jadi tahu banyak hal tentang Alfridus. Ia layak untuk diperjuangkan. Muridku ini juga direkomendasikan untuk mendapat beasiswa kuliah, semoga ia lolos seleksi.

"Sebentar ya saya print dulu kartu ujiannya. Ini sudah jadi tidak perlu bayar biaya pendaftaran karena kamu didaftarkan beasiswa Bidikmisi," kataku.

"Iya bu," jawabnya sangat menurut. Aku sekaligus memberikan latihan soal yang dapat ia pelajari sebelum mengikuti tes. Nampak dari wajah Alfridus sepercik harapan yang ia gantungkan entah pada siapa. Sedang harapanku menggantung padanya.

Berawal darimu, sukses akan lebih dulu diraih

Guru SM3T Fitri Nurhayati Bersama Muridnya Yein

Dua minggu kemudian mereka harus sudah ada di Kupang untuk mengikuti seleksi tertulis. Bertolak dari Pelabuhan Aimere menggunakan kapal feri menuju Pulau Timor, Kupang lebih tepatnya. Aku sangat menggantungkan harapan pada mereka, setidaknya satu dari mereka semoga ada yang lolos.

"Doakan kami ibu biar bisa kerja soal," pesan singkat itu serentak membanjiri ponselku secara bersamaan.

Sebulan berlalu begitu saja. Sampailah waktunya untuk melihat pengumuman hasil tes mereka. Pagi hari mama Yein menghadangku di lapangan menuju sekolah. Dari jauh ia berteriak memanggil.

"Ibu guru bagaimana hasil tes punya anak saya?" kata dia dengan suara keras khas orang Flores.

"Pengumumannya nanti sore Mama. Biar nanti saya kabari anak-anak," jawabku dengan teriakan dari jauh.

Lagi-lagi jaringan internet yang manja menjadi hambatan bagiku untuk melihat pengumuman. Sudah kucoba berulang-ulang tapi hasilnya masih nihil, jaringan error.

"Bagaimana ibu ini sudah lewat jam lima," begitu pesan singkat di ponsel.

Aku membuka satu per satu akun siswaku. Mulai dari Alfridus, Fersia, Modo, dan semua yang kudaftarkan. Hasilnya mereka belum beruntung, tidak lolos seleksi. Aku menyerah untuk satu nama terakhir, akhirnya kuputuskan antuk meninggalkan laptop. Rasa penyesalan tiba-tiba datang, otakku menjadi panas dan lebih dulu aku mendinginkannya dengan doa. Kebetulan waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadan, jadi kuputuskan untuk salat tarawih terlebih dahulu.

Ponsel berdering lagi. Kali ini bukan SMS, tapi panggilan telepon dari Yein. Aku tak mengangkatnya karena hanya pengumuman miliknya yang belum kubuka. Pasti mamanya sudah banyak berharap sedari tadi. Pikiranku sudah mulai tenang dan siap membuka akun yang terakhir, milik Yein. Mengejutkan dan ini yang diharapkan. Ia lolos seleksi dan diterima kuliah di Kupang, jurusan olahraga. Menjadi guru olahraga adalah cita-cita keduanya setelah mengurungkan niat menjadi Polwan. Ia takut dengan seleksi masuk Polwan, jadi dipilihlah jurusan olahraga.

Mimpi indah seperti baru saja menyenggolnya dan tentu saja menyenggolku. Aku segera membalas pesannya yang sedari tadi kubiarkan. Mamanya langsung meneleponku memastikan kebenaran kabar ini. Melalui telepon, aku seperti mendengar teriakan kencang dari banyak orang yang sedang berkumpul. Mungkin keluarga Yein sedang berteriak kegirangan. Selamat Yein, kau akan jadi mahasiswa. Cita-cita jadi guru olahraga sudah ada di depan mata. Berawal darimu, sukses akan lebih dulu diraih. (*)
Profil Penulis
Akrab disapa Pipit. Wanita yang gemar menulis ini menyelesaikan gelar sarjananya di Universitas Muhammadiyah Purwokerto jurusan Geografi. Merasa terpanggil untuk berbagi ilmu dengan tunas-tunas bangsa di pelosok negeri, ia rela melepas profesinya sebagai wartawan lokal di sebuah media cetak. Wanita asal Banjarnegara ini lahir pada 1 Mei 1991. Setahun ia bertugas menjadi pendidik (guru SM3T) di kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Kisah Pengabdian Seorang Sarjana Pendidik di Pedalaman Flores Timur

Patriot Kecilku, Kiong

Oleh: Khoirun Nisa

Foto Bersama Anak-anak TPA Flores Timur

Kiong, Najwa dan Rinda

“Hihihi…”

Terdengar suara tawa kecil yang malu-malu. Terlihat kepala-kepala kecil tiga anak mengintip dari jendela didekat televisi. “ibu… assalamualaikumm…..” dengan khas suara anak-anak. Siapa lagi kalau bukan anak-anak TPA kami.

Aku bersama dua orang temanku, ditempatkan di desa Puhu, kecamatan Adonara Timur, Pulau Adonara kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai daerah tersebut diperlukan waktu sampai 1 setengah jam dari dermaga penyebrangan Pulau Adonara. Desa yang sangat asri, damai, membuatku sadar bahwa anggapan ku selama ini tentang NTT yang gersang adalah salah. Tidak semua tempat seperti itu, terbukti saat subuh, ku hembuskan nafas dari mulutku maka akan keluar uap putih yang terlihat jelas, senang sekali pikirku seperti di film Winter Sonata, drama Korea yang pernah ku tonton, namun tidak untuk ujung kaki dan tanganku, brrrr… pucat dingin.

Mereka biasa datang bermain ke tempat kami, setelah shalat Ashar. “Yang lain kemana?” tanyaku ketika melihat mereka hanya bertiga, yaitu Kiong, Najwa dan Rinda. “main bu” menjawab sekenanya. “siapa yang adzan tadi?”tanyaku pura-pura tidak tau, karena aku kenal betul suara khas kiong saat adzan. 2 teman nya serentak menjawab sambil menunjuka kea rah yang disebut ”kiong bu”, sedangkan yang ditunjuk tersipu malu. Begitulah memang keadaannya disini. Orang dewasa bekerja di kebun sampai menjelang maghrib, sehingga saat dzuhur ataupun ashar tidak ada yang adzan. TPA saat peringatan tahun baru islam mengadakan lomba adzan, dan semenjak saat itu, anak-anak tidak malu lagi untuk adzan dengan suara yang keluar dari speaker dapat didengar oleh masyarakat sekampung, bahkan terkadang di waktu maghrib dan Isya mereka berebut untuk adzan .

“Ibu sedang apa”, tanya Najwa yang akrab di panggil Wawa, sang juara di kelas 4 SDN 1 atap Tapobali. “Sedang membuat bros”, jawab temanku. Kebetulan saat itu kami sedang mengisi waktu luang dengan memanfaatkan kain sisa jahitan mama (ibu asuh) untuk dibuat bros. Mama adalah penjahit terkenal, karena satu-satunya di desa kami. Masyarakat disini sering meminta mama untuk dibuatkan kebaya, sehingga kain siswa yang ada pun berwarna-warni. Takzim mereka melihat kami membuat pola, menggunting dan menjahitnya hingga menjadi bros. “bu saya mau coba”, Rinda yang saat itu duduk kelas 6 SD bersemangat ingin mencoba. Kiong juga tak kalah semangat, Najwa pun menanyakan untuk apa Kiong membuat bros. “untuk seseorang” jawabnya apa adanya datar.

Kiong yang Rajin Adzan di Mesjid

Bagiku Kiong adalah anak yang luar biasa. Dia anak yatim, ayahnya meninggal saat ia masih kecil. Ia adalah anak bungsu dari  9 bersaudara. Lahir dari anak yang kurang mampu, sehingga setelah ayahnya meninggal, ibunya tidak mampu merawatnya sehingga ia ditinggal oleh ibunya, dan tinggal bersama kakek neneknya. Hanya dia yang ditinggalkan, sedangkan kakak-kakaknya dibawa oleh ibunya. Entahlah apa yang dipikirkan oleh ibunya.

Kiong begitu rajin ke masjid dan belajar mengaji ba’da maghrib. Kebetulan aku yang memegang kelompok Quran besar, dan kiong adalah salah satu muridku. Muridku yang selalu ingin duduk disampingku atau tepat dihadapanku. Ia sangat senang apabila mendapat perhatian, dan selalu meminta agar ia sebagai giliran pertama dalam mengaji. Dia anak yang cukup cerewet untuk ukuran anak lelaki. Apabila dia sudah mengomel panjang, aku memanggil namanya dengan halus, maka ia dengan segera mencium tanganku dan menyengir meminta maaf.

Pernah aku bertanya padanya, saat duduk berdua di masjid sedangkan anak lainnya sedang bermain menunggu waktu adzan isya, “Kiong kangen tidak sama mama?” matanya langsung melihat-lihat kearah lain menunjukkan tidak ingin fokus memikirkan pertanyaan tersebut. Namun bola mata dan ekspresi wajahnya tak dapat ditutupi, ia sedih, kemudian terlihat anggukan kecil dari kepalanya. “Kapan terakhir ketemu sama mama?” ia mencoba mengingat-ingat namun tak juga keluar satu kata darinya. Aku ingin bertanya tentang ayahnya dulu orang seperti apa, kenangan apa yang paling diingat bersama ayah, namun aku tak tega melihat ia semakin bersedih jika ditanya tentang hal itu. Saat itu aku berpesan padanya untuk shalat 5 waktu dan belajar yang rajin, sering membaca Al-Quran dan selesai shalat doakan bapak serta ibu. “Doa untuk orang tua hafalkan?” aku bertanya sambil menatap matanya yang berkaca-kaca. Dia mengangguk kecil. Aku mengelus kepalanya, dan memintanya adzan, karena sudah masuk waktu shalat isya.

“Ibu setelah ini diapakan?” Najwa hampir menyelesaikan brosnya yang berwarna merah marun. Kami pun membantu mereka hingga masing-masing selesai membuat satu bros. “bu cantik kan?” tanya Rinda sambil mencoba bros warna pink dipasang di bajunya. Kiong juga sudah selesai walau hasilnya kurang rapi. Kami tersenyum bangga, telah mengajarkan 1 keterampilan, walaupun tidak tau, apakah ke depannya berguna bagi mereka.

Bros yang kami buat saat waktu luang

Bros yang kami buat saat waktu luang

Merekalah yang Akan Membawa Perubahan

Matahari pulang kearah barat dengan menunjukkan gradasi warna indah khas sore harinya, memberikan pertanda bagi setiap orang bahwa malam akan segera tiba, memberikan waktu istirahat setelah seharian tubuh bekerja keras di kebun. Mereka satu persatu berpamitan pulang, menyalami kami satu persatu. “Bu, ibu ke masjid kan?” Kiong bertanya sambil menyalami tanganku.  “Insha Allah”, jawabku. Masih memegang tangannya aku berkata lembut, “Kiong… nanti kalau ibu bertiga sudah pulang ke Pontianak, kamu harus tetap menggaungkan suara adzan di masjid dan di kampung ya, ajak semua teman-teman muslim untuk shalat dan mengaji di masjid”, pintaku penuh harap padanya. Ia pun mengangguk dengan penuh percaya diri, optimis bahwa dia bisa melakukannya, walau nanti kami tidak berada di kampung tersebut. “Jangan lupa adzan kiong” teriakku saat mereka sudah berlari beberapa meter dari rumah kami.

Foto bersama anak-anak TPA

Foto bersama anak-anak TPA

Semoga generasi yang saat ini kami didik bisa sebagai generasi terbaik yang pernah ada di kampung ini, 20 tahun kedepan merekalah yang akan membawa perubahan kampung ini menjadi lebih baik. Kami menaruh harapan besar pada kalian, termasuk kamu patriot kecilku, kiong. Bisikku dalam hati sambil berjalan masuk ke rumah untuk bersiap-siap mandi dan berangkat ke masjid. (*)
Profil Penulis
Nisa atau kerap dipanggil bu carik. Pemilik hobi membaca dan travelling ini lahir di Nusapati, 10 Mei 1991. Lulusan sarjana pendidikan di UNTAN, jurusan Pendidikan Kimia. Asalnya dari Desa Sungai Pinyuh, Mempawah, Kalimantan Barat. Nisa pernah menyabet prestasi sebagai Mapres Tingkat Kopertis se-Kalimantan. Wanita yang dulu ditugaskan mengajar dan mendidik di Flores Timur ini juga pernah menjadi Marketing Patria Education. Ia selalu berusaha agar keberadaannya bermanfaat bagi banyak orang.