Cerita Tersembunyi di Pantai Seseh Bali yang Mungkin Anda Baru Tahu - Hallo sahabat Sumber Bacaanku. Pada Artikel kali ini dengan judul "Cerita Tersembunyi di Pantai Seseh Bali yang Mungkin Anda Baru Tahu". Silakan baca dan ambil informasi di dalamnya. Mudah-mudahan isi postingan Artikel Pengetahuan, yang kami tulis ini dapat anda pahami dan bermanfaat.
Judul : Cerita Tersembunyi di Pantai Seseh Bali yang Mungkin Anda Baru Tahulink : Cerita Tersembunyi di Pantai Seseh Bali yang Mungkin Anda Baru Tahu
Cerita Tersembunyi di Pantai Seseh Bali yang Mungkin Anda Baru Tahu
Pantai Seseh Bali
Bali - Pantai Seseh berada di antara dua pantai yang sudah kondang. Di sebelah timur, Pantai Ganggu, dan di sebelah barat, Tanah Lot. Jaraknya sekitar 16 kilometer ke arah barat dari Denpasar.
Pantai ini bagi umat Hindu di Bali, terutama yang berada di Kecamatan Mengwi, punya arti tersendiri. Upacara yang ada kaitannya dengan agama Hindu, seperti nganyut, mukur dan sebagainya sering dilakukan di sini. Juga pada hari raya lainnya misalnya Galungan, Kuningan, Ngembak Geni, Siwaratri dan sebagainya sangat banyak pengunjung. Dan untuk melengkapi daerah wisata ini maka oleh Pemda Kabupaten Badung sudah dilengkapi dengan WC umum dan jalannya diaspal sampai di bibir pantai.
Pantai yang berpasir dan berwarna kelabu ini, tidak begitu luas. Namun di sini terdapat 5 buah pura yakni Pura Ulun Suwi, Pura Mas Pura Dalem dan Pura Batu Bolong. Agak sebelah barat terdapat juga Pura Batu Nunggul.
Makam Keramat
Lain dari itu di sini ada satu tempat menarik untuk dilihat, namanya Makam Keramat. Tapi orang-orang umumnya hanya menyebutkan Keramat saja. Keramat ini terletak di satu areal yang dikitari oleh tembok. Sedangkan Keramat itu berada di dalam sebuah bangunan permanen menghadap ke laut. Pintu tembok dan makam selalu terkunci. Hanya dibuka pada hari-hari tertentu saja.
Lalu siapa yang dimakamkan di sini? Yang dimakamkan di tempat itu adalah Sunan Mangkurat Pangeran Pati, putera Raja Mengwi V, I Gusti Agung Made Munggu. Ibunya seorang putri dari Keraton Blambangan, Jawa Timur. Raja tidak berani memboyong isterinya itu ke Istana Mengwi, sebab takut pada permaisurinya, I Gusti Ayu Oka, di mana raja berada di bawah pengaruhnya.
Kerajaan Blambangan sudah menjadi wilayah Kerajaan Mengwi I, Ida Cokorda Sakti Blambangan bertakhta sekitar tahun 1672. Dan kerajaan ini merupakan bawaan permaisurinya puteri I Gusti Panji Sakti, Raja Buleleng.
Pangeran Pati tidak mengenal ayahnya. Ia hanya dapat cerita dari Ibunya, bahwa ayahnya adalah raja agung dari Kerajaan Mengwi. Setelah dewasa Pangeran Pati sangat ingin bertemu dengan ayahnya. Namun Ibunya selalu menasihati, agar jangan ke Istana Mengwi. Namun nasihat itu tidak diindahkan oleh Pangeran Pati yang sudah bertekad untuk bertemu dengan ayahnya.
Diiringi oleh 40 orang abdi dipimpin oleh Kepala Adat Keraton Blambangan, Pangeran Pati lalu berangkat ke Mengwi. Setelah sampai di Puri Mengwi, ia diterima oleh ibu tirinya I Gusti Ayu Oka. Setelah mendengar penjelasan dari pemuda itu, I Gusti Ayu Oka menjadi benci. Ia tidak percaya bahwa pemuda yang bersama rombongan itu adalah puteranya juga, cuma lain Ibu. Pangeran Pati baru tahu kalau ayahnya Raja Mengwi sudah wafat karena dibunuh. I Gusti Ayu Oka lantas memfitnah, dan bercerita kepada Mahapatih nya di Sibang, bahwa Sunan Mangkurat Pangeran Pati, bukan putera suaminya melainkan mata-mata dari Blambangan yang akan menggempur Kerajaan Mengwi. Ia juga memerintahkan I Gusti Agung Made Kamasan dari Kamasan Sibang, untuk menumpas habis mata-mata dari Blambangan itu.
Karena mendapat perintah maka Mahapatih Kerajaan Mengwi itu lantas bertindak. Pangeran Pati lalu ditangkap, diseret ke Desa Denkayu kemudian dibunuh. Tapi gagal, lalu digiring ke hutan Pala Sangeh, tapi di sini juga gagal lagi.
Pangeran Pati akhirnya dibawa ke Pantai Seseh. Rencananya untuk ditenggelamkan di laut, namun rencana ini dibatalkan. Lalu dilakukan dengan menikam jantungnya dengan keris tapi juga tidak mempan. Pangeran pati ternyata kebal terhadap keris pusaka Kamasan Sibang, maupun keris pusaka Kerajaan Mengwi.
Selama diseret, dianiaya Pangeran Pati tidak melakukan perlawanan, meski Ia bisa melakukannya. Ia punya prinsip dan rela mati demi kebenaran. Untuk itu Pangeran Pati memberikan lekesan (gulungan sirih) kepada Mahapatih Kerajaan Mengwi, untuk dilemparkan ke dirinya, sambil berkata "Aku ke Mengwi mencari hanya ingin ketemu ayahku, kenapa aku dibunuh dan aku bukan mata-mata. Aku mau mati dan inilah cara yang dapat dipakai untuk membunuhku. Tapi aku memastu (mengutuk), selama 7 turunan Kerajaan Mengwi dan Kerajaan Sibang akan kehilangan wibawa, pengaruh dan luntur dalam kekuasaan".
Aneh setelah dilempar dengan lekesan oleh I Gusti Agung Made Kamasan Sibang, Pangeran Pati wafat seketika. Para abdinya juga ditumpas habis.
Jenazah Pangeran Pati lantas dimakamkan di Pantai Seseh dan makam inilah yang disebut Makam Keramat. Jenazah para abdinya dikuburkan di sebelah timurnya.
Untuk menghormati rohnya, maka didirikan sebuah Pura yang bernama Pura Mas. Dan Pemastu Pangeran Pati terbukti kemudian pada tahun 1860, Kerajaan Mengwi diserang dan ditaklukkan oleh Kerajaan Badung. (Jati/MII)
Demikianlah Artikel Cerita Tersembunyi di Pantai Seseh Bali yang Mungkin Anda Baru Tahu
Sekian artikel tentang "Cerita Tersembunyi di Pantai Seseh Bali yang Mungkin Anda Baru Tahu". Mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk Anda semua. Baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Cerita Tersembunyi di Pantai Seseh Bali yang Mungkin Anda Baru Tahu dengan alamat link https://sumberbacaanku.blogspot.com/2016/09/cerita-tersembunyi-di-pantai-seseh-bali.html
3 komentar
Knp ceritanya jadi seperti ini ya? padahal Mas Noeweng atau Patih 2,Danuninggrat atau Pangeran Sepuh atau jg kompeni menyebutnya Prabu Jingga itu Putra Danureja yg wafat bersama sembilan istrinya dan dimakamkn dituban. Pangeran Mas Sepuh kebali bukan krn mencari ibunya tp dipanggil raja mengwi kala itu untuk mmpertanggungjawabkn kelakuannya yg bekerjasama dgn kompeni.
Knp ceritanya jadi seperti ini ya? padahal Mas Noeweng atau Patih 2,Danuninggrat atau Pangeran Sepuh atau jg kompeni menyebutnya Prabu Jingga itu Putra Danureja yg wafat bersama sembilan istrinya dan dimakamkn dituban. Pangeran Mas Sepuh kebali bukan krn mencari ibunya tp dipanggil raja mengwi kala itu untuk mmpertanggungjawabkn kelakuannya yg bekerjasama dgn kompeni.
Banyak versi cerita ini,..
Www.hotelpuriayu.com
Tambahkan Komentar
EmoticonEmoticon